Rabu, 22 Januari 2014

TAFSIR TARBAWY


MAKALAH TAFSIR TARBAWI 1
SUBYEK PENDIDIKAN
Oleh :
Fina Lutfia                  123111073
Nur Suci Fitriyani       123111124
Nurul Hidayah                        123111126
Pembimbing :
Dr. Musthofa Rahman,MAg.
A.    Ayat dan Terjemahannya  
1.      Q.S. Al-Rahman : 1-4
بِس
1. (tuhan) yang Maha pemurah,
2. yang telah mengajarkan Al Qur’an.
3. Dia menciptakan manusia.
4. mengajarnya pandai berbicara.
2.      Q.S. An-Nahl : 43-44
!$tBur$uZù=yör&ÆÏBy7Î=ö6s%žwÎ)Zw%y`ÍûÓÇrqœRöNÍköŽs9Î)4(#þqè=t«ó¡sùŸ@÷dr&̍ø.Ïe%!$#bÎ)óOçGYä.ŸwtbqçHs>÷ès?ÇÍÌÈÏM»uZÉit7ø9$$Î/̍ç/9$#ur3!$uZø9tRr&ury7øs9Î)tò2Ïe%!$#tûÎiüt7çFÏ9Ĩ$¨Z=Ï9$tBtAÌhçRöNÍköŽs9Î)öNßg¯=yès9uršcr㍩3xÿtGtƒÇÍÍÈ
43.dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
44.keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.
3.      Q.S. Al-Najm :5-6
¼çmuH©>tã߃Ïx©3uqà)ø9$#ÇÎÈrèŒ;o§ÏB3uqtGó$$sùÇÏÈ
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
6. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli.
4.      Q.S. Al-Kahfi : 66
tA$s%¼çms94ÓyqãBö@ydy7ãèÎ7¨?r&#n?tãbr&Ç`yJÏk=yèè?$£JÏB|MôJÏk=ãã#Yô©âÇÏÏÈ
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
B.     Penjelasan Isi Tafsir Ayat
1.    Q.S. Ar-Rahman : 1-4
Tafsir ayat 1-2
Ayat pertama dalam surat ini diawali dengan kata Ar-rahman yang mempunyai arti kasih sayang dan dilanjutkan dengan ayat kedua yang menjelaskan tentang Al-Qur’an yang merupakan seagung-agungnya wahyu yang turun pada Nabi Muhammad. Dalam ayat ini dimaksudkan bahwa Allah mengajarkan Al-Qur’an pada Nabi Muhammad, karena dengan mengikuti arahan dan petunjukknya manusia akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Ayat ini juga mengandung bantahan terhadap orang musrik yang menuduh bahwa Rosul mempelajari Al-Qur’an ini dari manusia.
Tafsir ayat 3-4
Allah telah menciptakan umat manusia dan mengajarinya mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatin dan terbetik dalam sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, Maka Nabi Muhammad saw, takkan dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya.
Seperti yang kita ketahui manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang digunakan untuk saling memahamkan sesamanya.         Bahasa Ini adalah nikmat ruhani terbesar yang tak bisa ditandingi dengan nikmat lainnya dalam kehidupan ini. Oleh karena itu Allah SWT. Mendahulukan penyebutannya atas nikmat-nikmat lain. Pertama-tama, Allah menyebutkan hal yang harus dipelajari yaitu Al-Qur’an, yang dengan itulah diperoleh kebahagiaan. Selanjutnya menyebutkan tentang belajar, dilanjutkan dengan menyebutkan cara belajar, seterusnya barulah menyebutkan benda-benda langit yang dimanfaatkan oleh manusia dalam penghidupan mereka.[1]
2.      Q.S. An-Nahl : 43-44
Allah menyatakan bahwa dia tidak mengutus seorang Rosul sebelumu kepada umat-umat untuk mengajak mereka agar mentauhidkan aku dan melaksanakan perintah-perintahku, kecualimereka itu adalah laki-laki dari Bani Adam yang kami wahyukankepada mereka,bukan para malaikat.
Dalam ayat ini  juga. Allah SWT meminta orang-orang musyrik agar bertanya kepada orang-orang ahli kitab apakah didalam kitab mereka terdapat keterangan bahwa Allah pernah mengutus malaikat kepada mereka.  Kalau memang disebutkan dalam kitab mereka bahwa Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah, mereka boleh mengingkari kerosulan Muhammad. Tetapi, apabila disebutkan dalam kitab mereka bahwa Allah hanya mengirim utusan seorang manusia yang sejenis dengan mereka, maka sikap mereka mengingkari kerosulan Muhammad SAW itu tidak benar.
Rosul diutus dengan membawa bukti-bukti tentang kebenaran, yaitu berupa mukjizat. Allah juga menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad supaya beliau menjelaskan kepada manusia mengenai ajaran, perintah, larangan, dan aturan hidup yang harus mereka perhatikan dan amalkan. Al-Qur’an juga mengandung kisah-kisah umat terdahulu agar dijadikan suri tauladan dalam menempuh hidup di dunia.[2]
3.      Q.S. An-Najm
Tafsir ayat 5-6
Kata (علّمه) ‘allamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari malaikat jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar adalah salah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud dengan pengajaran disini.
Kata (مرّة) mirrah terambil dari kalimat (أمرت الحبل) amrartu al-habla yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرّة) dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-Baqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang memahaminya dengan kekuatan fisik, akal, nalar.[3]
4.      Q.S. Al-Kahfi : 66
Dalam ayat ini, Allah menyatakan maksud Nabi Musa a.s datang menemui khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada khidir da berkata kepadanya, “saya adalah Musa.” Khidir bertanya, “Musa dari Bani Israil?” Musa menjawab, “Ya, benar!” maka Khidir memberi hormat kepadanya seraya berkata, “apa keperluanmu datang kemari?” Nabi Musa menjawab bahwa beliau datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud agar Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang telah diajarkan Allah kepadanya, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh.
Dalam ayat ini, Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa sebagai calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa bentuk pertanyaan. Itu berarti bahwa Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan merendahkan hati. Beliau menempatkan dirinya sebagai orang yang bodoh dan mohon diperkenankan mengikutinya, supaya khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang telah diberikan kepadanya. Menurut Al-Qadi, bersikap demikian memang seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada gurunya.[4]
C.     Pembahasan Ayat-Ayat tentang subjek Pendidikan
Dari penjelasanayat-ayat diatas yang dimulai dari surat Ar-Rahmandapat diambil beberapa nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya yaitu dikatakan bahwaAllah telah mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia, sehingga manusia menjadi pandai dalam berbicara. Maksudnya ayat-ayat yang Allah turunkan kepada manusia bertujuan untuk dapat memahami isi dan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an sehingga manusia dapat bertingkah laku seperti apa-apa yang tercantum dalam Al-Qur’an.
Dalam kegiatan pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran kita dapat mengartikan seorang guru yang mengajarkan suatu ilmu kepada muridnya agar dapat dipahami apa yang diberikan oleh gurunya tersebut. Sehingga ketika seorang guru memberikan evaluasi kepada muridnya tentang pelajaran yang telah diberikan tersebut, maka muridnya akan dapat menjawab dan mengerjakannya dengan baik dan benar. Sehingga murid tersebut menjadi pandai dengan ilmu yang telah diberikan oleh gurunya. Sedangkan dari surat An-Najm ayat 5-6 dapat diambil nilai pendidikan bahwa sebagai subjek pendidikan kita harus dapat menjadi model dan teladan bagi murid-murid kelak, menguasai materi yang akan diajarkan dan bersikap sewajarnya seorang guru tanpa ada sesuatu yang menyimpang. Dari surat An-Nahl ayat 41-43 ada beberapa nilai pendidikan yang terkandung didalamnya adalah :
1.      Dalam dunia pendidikan kita dituntut untuk berusaha mencari tahu apa yang kita pelajari, sehingga kita dapat memahami hal tersebut. Dalam surah ini menjelaskan bahwa kita diperintahkan untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu atau lebih pintar dari diri kita, dengan demikian kita akan dapat memahami sebuah ilmu tidak hanya dengan pemahaman sepihak dari diri kira sendiri, melainkan penjelasan atau pemaparan yang kita dapatkan dari orang lain. Orang lain tersebut bisa kita jadikan sebagai guru, dan guru itulah yang berperan sebagai subjek pendidikan, karena gurulah yang akan memberi pemahaman kepada kita tentang suatu hal yang tidak kita ketahui.
2.        Dalam surah ini juga mengajarkan kita untuk bersabar, termasuk dalam hal pendidikan yaitu kita bersabar dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu tidak membutuhkan waktu yang sebentar, melainkan dalam waktu yang lama karena semua itu ada prosesnya. Oleh karena itu, kita diajarkan untuk bersabar dalam menuntut ilmu.
Nilai pendidikan yang terakhir dalam surat Al-Kahfi ayat 66 adalah:
1.      Pendidikan bukan hanya dari orang tua kita, tetapi juga orang lain, seperti guru, dosen, pelatih, teman dan masyarakat. Seperti dalam surat diatas yang mencontohkan bagaimana Nabi Musa belajar kepada Khaidir.
2.      Saat berbicara atau berlaku terhadap seorang pendidik haruslah menghormati dan bersikap sopan kepadanya.
3.      Menganggap bahwa pendidik lebih tahu dari pada diri kita.
4.      Belajarlah dengan sungguh-sungguh, maka kita akan berhasil.
D.    Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung makna pendidikan, terutama subjek pendidikan. Beberapa simpulan yang dapat kita ambil, yaitu:
1.      QS. Ar- Rahman : 1-4 menjelaskan bahwa Allah adalah subjek pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Ayat ini mengajarkan kita untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, yaitu menstranfer semua ilmu yang ada hingga objek pendidikan paham dan pandai.
2.      QS. An- Najm : 5-6 menjelaskan bahwa malaikat Jibril adalah subjek pendidikan. Ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri seorang pendidik yang berkompeten, tidak hanya baik dalam hal penguasaan materi tapi juga sikap dan penampilan.
3.      QS. An- Nahl : 41-43 memerintah kita untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu. Kita juga diajarkan untuk bersabar dalam pendidikan, baik dalam proses menuntut ilmu maupun mengajarkan ilmu kita.
4.      QS. Al- Kahfi : 66 menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Khidir adalah subjek pendidikan. Kita dianjurkan untuk berlaku sopan kepada guru. Kita juga diperintahkan untuk mencari ilmu tidak hanya di sekolah, tapi  dimanapun.


E.     Penutup
Demikianlah makalah yangdapat kami presentasikan, apa bila ada kesalahan penulis mohon maaf. Kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk pembangun penulis menjadikan lebih baik. Sifat sempurna hanyalah milik Allah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baki kita semua. Amin.




























Daftar Pustaka
Kementrian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid V. Jakarta: Lentera Abadi.
Kementrian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid IX. Jakarta: Lentera Abadi.
Shihab, M. Quraish. 2007. Tafsir Al-Mishbah volume 13. Jakarta: Lentera Hati.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa 1989.Tafsir Al-Maraghi27. Semarang: Toha Putra.
http://miyu-chocolatestar.blogspot.com/2013/09/tafsir-tarbawi-subjek-pendidikan_27.html












[1]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi 27, (Semarang: Toha Putra, 1989)hlm 187-188
[2]Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi,(Semarang: PT.Karya Toha Putra,1987),hal 160-162    
[3]M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2007) hlm 410-411
[4]Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm 640

Tidak ada komentar:

Posting Komentar