Selasa, 21 Januari 2014

RESENSI BUKU PENDIDIKAN NEOMODERNISME


Judul Resensi              : Pendidikan Pembaharuan
Judul Buku                  : Pendidikan Neomodernisme (Telaah Pemikiran Fazlur Rahman)
Penulis                         : M. Rikza Chamami, M.Si.
Penerbit                       : Walisongo Press
Tahun Terbit                : 2010
Tebal Halaman            : xvi + 224 halaman
Resentator                   : Nurul Hidayah
NIM                            : 123111126
Prodi                           : Pendidikan Agama Islam
           
            Fazlur Rahman adalah seorang muslim taat yang mampu memberikan kontribusi yang besar pada Islam khususnya dibidang pendidikan islam dan pengenalan Islam pada dunia barat. Beliau adalah seorang muslim kelahiran Pakistan pada masa itu masih menjadi bagian dari negara India. Pada saat itu Islam sedang menghadapi perlawanan keras yang dibawa oleh barat. Sebagai seorang Sunni, tentu hal ini berdampak pada pemikiran Fazlur. Tapi beruntung dia dibesarkan dalam keluarga modernisasi.
            Setelah menyelesaikan studinya ia ingin kembali ke negaranya. Akan tetapi keadaan politik Pakistan pada masa itu masih belum stabil karena negara itu baru memerdekakan dirinya menjadi sebuah negara baru dan keluar dari India. Keadaan yang tidak menentu itu memaksa Fazlur untuk tetep tinggal di barat dan berkarya disana. Pada tahun 1960 ia kembali ke negerinya dan ia berhasil berkarya dengan baik. Hingga pada akhirnya dia berhasil menyelesaikan bukunya yang kontroversial berjudul “ISLAM”.
            Diantara karya-karya Fazlur Rahman yang mencapai ratusan (baik berupa buku maupun artikel) satu diantaranya yang paling menarik yang dikupas dalam buku karya M. Rikza Chamami, M.Si. ini yaitu buku Islam yang sejak penerbitannya sudah menjadi buku yang kontrofersial. Buku ini diterbitkan pertama tahun 2966 oleh Holt, Rinehart dan Wiston. Pembahasan yang pertama dalam buku Islam ini adalah tentang sejarah nabi Muhammad SAW disusul dengan Al-Qur’an, Sunnah, Hukum Teologi, Filsafat, Sufisme, sekte-sekte, pendidikan, gerakan pembaharuan dan diakhiri dengan analisis terhadap warisan dunia Islam. Ia meletakkan sejarah Islam dalam percaturan peradaban dunia bukan seperti pemikiran Orientalis yang meletakkan Islam dalam sejarah yang mati. Ditegaskan bahwa setiap orang mampu menafsirkan dan memahami Al-Qur’an sesuai dengan tingkat kemampuan mereka masing-masing. Dalam pendidikan, Fazlur Rahman mengungkap sebuah perjalanan perkembangan keilmuan pada zaman pertengahan dan perkembangan kurikulum beserta pengajarannya.
            Abstraksi dan perangkat analisa yang telah dieksplorasikan ini menjadi kajian pemikiran pendidikan Fazlur Rahman yang sangat akrobatik. Dengan demikian dapat dilihat secara seksama, ternyata Fazlur Rahman yang selama ini hanya dipandang sebagai tokoh yang concern dibidang hukum dan filsafat, ia juga punya pemikiran tentang pendidikan islam.
Pandangannya terhadap pendidikan Islam tidak jauh dari gagasan besarnya dalam menyokong Neomodernisme Islam. Neomodernisme yang dikumandangkan oleh Fazlur Rohman memberikan model pembaharuan (tajdid) dalam fenomena fase perkembangan dunia Islam.
Neomodernisme menawarkan bentuk pembaharuan dalam tubuh Islam yang masih tetap memegang teguh tradisi atau ajaran-ajaran pokok agama Islam. Substansi neomodernisme yaitu menjawab tantangan modernisme Barat tidak mau mengekor budaya westernisasi. Tetapi Fazlur Rohman juga mampu menunjukkan identitas keislaman. Pun seperti itu, neomodernisme juga masih mengakomodasi pemikiran barat dengan proses filterisasi. Neomodernisme bisa diartikan dengan dua hal : pertama, sebagai gerakan intelektual yang mendialogkan antara tradisi dan modernisasi. kedua, sebagai fase atau masa pembaharuan setelah tidak puas dengan hedonisme dalam era modern yang sudah menjauh dari tradisi dan pandangan ketuhanan.
Pendidikan bagi Fazlur Rahman adalah pokok utama yang harus dikedepankan dalam semua bentuk pembaharuan Islam. Pendidikan yang paling urgen bukanlah bentuk peralatan fisik atau kuasi-fisik untuk pengajaran saja, tetapi model pemikiran progresif yang mampu menyokong kemajuan Islam. Esensi dari pendidikan bagi Fazlur Rahman adalah intelektualisme Islam. Ia adalah pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang asli dan memadai, yang harus memberi kriteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem pendidikan Islam. Perangkat utama dalam intelektualisme Islam adalah al-Qur'an. Karena al-Qur'an adalah satu-satunya wahyu yang secara literal diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW (antara tahun 710 dan 732 M). Orientasi pendidikan Islam yang benar-benar Islamis dapat dinikmati pada tingkat pendidikan dasar, tetapi akan lebih gamblang dilihat pada pendidikan tinggi yang mampu mengintegrasikan Welstanschaung Islam yang asli dan modern. Selanjutnya tujuan akhir pendidikan adalah melahirkan generasi Islam yang berwawasan global (tidak mengenal dikotomi mental dan kehidupan sosial) dengan landasan etika al-Qur'an. Dengan kata lain, pendidikan dalam frame neomodernisme adalah pendidikan progresif (yang) Qur’ani.
Implikasi pemikiran pendidikan dalam Islam adalah sangat besar. Terutama dengan pandangan pendidikan Islam yang rasionalis religius. Model pendidikan ini cukup mampu menjembatani ketertinggalan dinamika pemikiran Islam atau klaim kemandulan budaya pikir masyarakat muslim. Tujuan dan strategi pendidikan dirancang dengan latar belakang sistemis sesuai perjalanan sejarah Islam abad pertengahan. Dengan demikian arah strategi pendidikan berkiblat pada pengalaman kegagalan untuk selanjutnya dibenahi dengan penyesuaian perkembangan waktu. Selain itu, metode pendidikan diajarkan dengan model pedagogy (kedewasaan) sebagaimana Nabi Muhammad SAW memberikan pendidikan sesuai kebutuhan. Misalnya mengembangkan empat dasar kurikulum agama yang meliputi: hadist (tradisi), fikih (hukum), kalam (teologi) dan tafsir (eksegisis al-Qur'an).
Neomodernisme memberikan model pembaharuan dalam fenomena fase perkembangan dunia islam. Neomodernisme menawarkan bentuk pembaharuan dalam tubuh Islam yang masih tetap memegang teguh tradisi dan ajaran pokok agama Islam. Kategori-kategori (pembaharuan) dan (berpikir bebas) menjadi unsur utama pemikiran islam yakni menyiapkan dasar dari pemikiran kembali yang direalisasikan oleh sarana pendidikan. Pada prinsipnya Rahman mengagumi dan menghormati tradisi intelektual sebagaimana diwariskan oleh ulama.prasyaratnya adalah bahwa pendidikan tidak dibebani oleh urusan-urusan dogma dan kekahawatiran tentang perubahan yang membayangi. Tujuan utamanya adalah ingin menunjukkan bahwa beberapa bagian dalam sejarah disiplin ilmu hokum dan filsafat politik kehilangan hubungan dengan etika Al-Qur’an. dalam konteks pendidikan, neomodernisme mencoba untuk memberikan revisi atas pola pendidikan yang sangat sekuler rasional. Neomoderisme mencoba untuk mengembangkan sikap kritis terhadap Barat maupun terhadap warisan- warisan kesejahteraannya sendiri. Bila kedua hal tersebut tidak dikaji secara obyektif, maka keberhasilannya dalam mengahadapi dunia modern merupakan suatu hal yang menghadapi dunia modern merupakan suatu hal yang absurt, bahwa kelangsungan hidupnya sebagai muslim pun akan sangat meragukaan. Tetapi bila umat Islam dapat mengembangkan prasyarat keyakinan diri, tanpa mengalah kepada Barat secara membabi buta atau menafikannya, maka tugas utama mereka yang paling mendasaar adalah mengembangkan suatu metodologi yang tepat dan logis (sound) untuk mempelajari Al-Qur’an guna mendapatkan petunjuk bagi masaa depanya.
Fazlur Rahman mencoba mendialogkan antara sesuatu yang lama dengan baru. Neomodernisme yang coba dikembangkan Fazlur Rahman pada hakikatnya bertujuan untuk menjembatani elemen penting, yaitu tradisi dan modernisasi yang selama ini dipertentangkan oleh cendikiawan muslim. Sesuai apa yang telah dijelaskan tentang neomodernisme adalah mencoba menjembatani tradisi dan modernisasi, tradisi dan modernisasi seakan tidak pernah menjumpai titik temu. Karenanya, hal yang paling urgen dalam kaidah neomodernisme yaitu menghindarkan pembuangan warisan budaya lamadan menghiasinya dengan pola pembaharuan.
Rancang bangun pendidikan tradisional mempunyai harapan besar akan pelestarian budaya lama, karena warisan masa lalu sangatlah berarti bagi pengembangan di masa yang mendatang. Penddikan tradisional mencoba untuk mengarahkan pada garis transfer knowledge artinya, sebuah proses pendidikan yang difokuskan pada bentuk pemberdayaan sistemik dan belum memberikan keleluasaan pada peserta didik. Segala hal yang menyangkut kebijakan masih menjadi otoritas lambaga dan masih berpegang teguh pada buku pegangan yang dibuat oleh lembaga. Sehingga rangkaian pendidikan tradisional ini tidak akan mampu mendorong siswa untuk aktif. Rasionalitas yang semula dianggap universal juga dibatalkan. Setelah modernisme, lahir juga dua aliran yang mempunyai tanggapan berbeda yaitu pasca modernisme skeptis dan pasca modernisme altermatif. Dan ini menjadi perdebatan para ahli pada waktu itu terutama pada feel negatif dan ancamannya. Dari situlah kemudian muncul istilah neo-modernisme yang mempunyai subtansi pencerahan “dunia pendidikan” dengan penyesuaian mas yang sedang berkembang. Metode suatu gerakan ganda Fazlur Rahman dapat diterapkan untuk memberi alternatif solusi atas problem-problem umat, termasuk problem pendidikan. Penerapan metode ini pada problem pendidikan telah dicontohkan oleh Rahman untuk kasus pendidikan di Pakistan melalui empat langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah identifikasi terhadap pendidikan umat Islam ketika itu. Langkah kedua adalah menemukan problem pendidikan di Pakistan. Langkah ketiga adalah mencari rujukan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Identifikasi terhadap pendidikan umat Islam di Pakistan yang dilakukan Fazlur Rahman, waktu itu telah ditemukan suatu problem utama, yaitu probem ideologis.
Pendidikan bagi Fazlur Rahman adalah pokok utama yang harus dikedepankan dalam semua bentuk pembaharuaan Islam. Model pendidikan ini cukup mampu menjembatani ketertinggalan dinamika pemikiran Islam atau Klaim kemandulan budaya piker masyarakat muslim.
Pendekatan yang ditawarkan Fazlur Rahman untuk berinteraksi dengan Islam yang menyejarah itu adalah analisis historis. Melalui pendekatan historisis ini pula, sains-sains Islam sebagai aspek historis harus dilestarikan. Sebab, menurut Fazlur Rahman, Islam historis telah memberikan kontinuitas kepada dimensi intelektual dan spritual masyarakat. Melalui aspek historis, kajian yang menyeluruh dan sistematis terhadap perkembangan disiplin-disiplin Islam harus dilakukan. Kajian tersebut dibarengi dengan rekonstruksi yang juga bersifat komprehensif meliputi disiplin-disiplin keislaman yang ada. Sebab, suatu bentuk pengembangan pemikiran Islam yang tidak berakar dalam khazanah pemikiran Islam klasik atau lepas dari kemampuan menelusuri kesinambungannya dengan masa lalu adalah tidak otentik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar