Judul Resensi : Pendidikan
Pembaharuan
Judul Buku :
Pendidikan Neomodernisme (Telaah Pemikiran Fazlur Rahman)
Penulis :
M. Rikza Chamami, M.Si.
Penerbit :
Walisongo Press
Tahun Terbit :
2010
Tebal Halaman : xvi + 224 halaman
Resentator :
Nurul Hidayah
NIM :
123111126
Prodi :
Pendidikan Agama Islam
Fazlur Rahman
adalah seorang muslim taat yang mampu memberikan kontribusi yang besar pada
Islam khususnya dibidang pendidikan islam dan pengenalan Islam pada dunia
barat. Beliau adalah seorang muslim kelahiran Pakistan pada masa itu masih
menjadi bagian dari negara India. Pada saat itu Islam sedang menghadapi
perlawanan keras yang dibawa oleh barat. Sebagai seorang Sunni, tentu hal ini
berdampak pada pemikiran Fazlur. Tapi beruntung dia dibesarkan dalam keluarga
modernisasi.
Setelah
menyelesaikan studinya ia ingin kembali ke negaranya. Akan tetapi keadaan
politik Pakistan pada masa itu masih belum stabil karena negara itu baru
memerdekakan dirinya menjadi sebuah negara baru dan keluar dari India. Keadaan
yang tidak menentu itu memaksa Fazlur untuk tetep tinggal di barat dan berkarya
disana. Pada tahun 1960 ia kembali ke negerinya dan ia berhasil berkarya dengan
baik. Hingga pada akhirnya dia berhasil menyelesaikan bukunya yang
kontroversial berjudul “ISLAM”.
Diantara
karya-karya Fazlur Rahman yang mencapai ratusan (baik berupa buku maupun
artikel) satu diantaranya yang paling menarik yang dikupas dalam buku karya M.
Rikza Chamami,
M.Si. ini yaitu buku Islam yang sejak penerbitannya sudah menjadi buku yang
kontrofersial. Buku ini diterbitkan pertama tahun 2966 oleh Holt, Rinehart dan
Wiston. Pembahasan yang pertama dalam buku Islam ini adalah tentang sejarah
nabi Muhammad SAW disusul dengan Al-Qur’an, Sunnah, Hukum Teologi, Filsafat,
Sufisme, sekte-sekte, pendidikan, gerakan pembaharuan dan diakhiri dengan
analisis terhadap warisan dunia Islam. Ia meletakkan sejarah Islam dalam
percaturan peradaban dunia bukan seperti pemikiran Orientalis yang meletakkan
Islam dalam sejarah yang mati. Ditegaskan bahwa setiap orang mampu menafsirkan
dan memahami Al-Qur’an sesuai dengan tingkat kemampuan mereka masing-masing.
Dalam pendidikan, Fazlur Rahman mengungkap sebuah perjalanan perkembangan
keilmuan pada zaman pertengahan dan perkembangan kurikulum beserta pengajarannya.
Abstraksi dan perangkat analisa yang
telah dieksplorasikan ini menjadi kajian pemikiran pendidikan Fazlur Rahman
yang sangat akrobatik. Dengan demikian dapat dilihat secara seksama, ternyata
Fazlur Rahman yang selama ini hanya dipandang sebagai tokoh yang concern
dibidang hukum dan filsafat, ia juga punya pemikiran tentang pendidikan islam.
Pandangannya
terhadap pendidikan Islam tidak jauh dari gagasan besarnya dalam menyokong
Neomodernisme Islam. Neomodernisme yang dikumandangkan oleh Fazlur Rohman
memberikan model pembaharuan (tajdid) dalam fenomena fase perkembangan dunia
Islam.
Neomodernisme
menawarkan bentuk pembaharuan dalam tubuh Islam yang masih tetap memegang teguh
tradisi atau ajaran-ajaran pokok agama Islam. Substansi neomodernisme yaitu
menjawab tantangan modernisme Barat tidak mau mengekor budaya westernisasi.
Tetapi Fazlur Rohman juga mampu menunjukkan identitas keislaman. Pun seperti
itu, neomodernisme juga masih mengakomodasi pemikiran barat dengan proses
filterisasi. Neomodernisme bisa diartikan dengan dua hal : pertama,
sebagai gerakan intelektual yang mendialogkan antara tradisi dan modernisasi.
kedua, sebagai fase atau masa pembaharuan setelah tidak puas dengan
hedonisme dalam era modern yang sudah menjauh dari tradisi dan pandangan
ketuhanan.
Pendidikan bagi Fazlur
Rahman adalah pokok utama yang harus dikedepankan dalam semua bentuk
pembaharuan Islam. Pendidikan yang paling urgen bukanlah bentuk peralatan fisik
atau kuasi-fisik untuk pengajaran saja, tetapi model pemikiran progresif yang
mampu menyokong kemajuan Islam. Esensi dari pendidikan bagi Fazlur Rahman
adalah intelektualisme Islam. Ia adalah pertumbuhan suatu pemikiran Islam yang
asli dan memadai, yang harus memberi kriteria untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan sebuah sistem pendidikan Islam. Perangkat utama dalam intelektualisme
Islam adalah al-Qur'an. Karena al-Qur'an adalah satu-satunya wahyu yang secara
literal diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW (antara tahun 710 dan 732 M).
Orientasi pendidikan Islam yang benar-benar Islamis dapat dinikmati pada
tingkat pendidikan dasar, tetapi akan lebih gamblang dilihat pada pendidikan
tinggi yang mampu mengintegrasikan Welstanschaung Islam yang asli dan modern.
Selanjutnya tujuan akhir pendidikan adalah melahirkan generasi Islam yang
berwawasan global (tidak mengenal dikotomi mental dan kehidupan sosial) dengan
landasan etika al-Qur'an. Dengan kata lain, pendidikan dalam frame
neomodernisme adalah pendidikan progresif (yang) Qur’ani.
Implikasi pemikiran
pendidikan dalam Islam adalah sangat besar. Terutama dengan pandangan pendidikan
Islam yang rasionalis religius. Model pendidikan ini cukup mampu menjembatani
ketertinggalan dinamika pemikiran Islam atau klaim kemandulan budaya pikir
masyarakat muslim. Tujuan dan strategi pendidikan dirancang dengan latar
belakang sistemis sesuai perjalanan sejarah Islam abad pertengahan. Dengan
demikian arah strategi pendidikan berkiblat pada pengalaman kegagalan untuk
selanjutnya dibenahi dengan penyesuaian perkembangan waktu. Selain itu, metode
pendidikan diajarkan dengan model pedagogy (kedewasaan) sebagaimana Nabi
Muhammad SAW memberikan pendidikan sesuai kebutuhan. Misalnya mengembangkan
empat dasar kurikulum agama yang meliputi: hadist (tradisi), fikih (hukum),
kalam (teologi) dan tafsir (eksegisis al-Qur'an).
Neomodernisme
memberikan model pembaharuan dalam fenomena fase perkembangan dunia islam. Neomodernisme
menawarkan bentuk pembaharuan dalam tubuh Islam yang masih tetap memegang teguh
tradisi dan ajaran pokok agama Islam. Kategori-kategori (pembaharuan) dan
(berpikir bebas) menjadi unsur utama pemikiran islam yakni menyiapkan dasar
dari pemikiran kembali yang direalisasikan oleh sarana pendidikan. Pada
prinsipnya Rahman mengagumi dan menghormati tradisi intelektual sebagaimana
diwariskan oleh ulama.prasyaratnya adalah bahwa pendidikan tidak dibebani oleh
urusan-urusan dogma dan kekahawatiran tentang perubahan yang membayangi. Tujuan
utamanya adalah ingin menunjukkan bahwa beberapa bagian dalam sejarah disiplin
ilmu hokum dan filsafat politik kehilangan hubungan dengan etika Al-Qur’an.
dalam konteks pendidikan, neomodernisme mencoba untuk memberikan revisi atas
pola pendidikan yang sangat sekuler rasional. Neomoderisme mencoba untuk
mengembangkan sikap kritis terhadap Barat maupun terhadap warisan- warisan
kesejahteraannya sendiri. Bila kedua hal tersebut tidak dikaji secara obyektif,
maka keberhasilannya dalam mengahadapi dunia modern merupakan suatu hal yang
menghadapi dunia modern merupakan suatu hal yang absurt, bahwa kelangsungan hidupnya
sebagai muslim pun akan sangat meragukaan. Tetapi bila umat Islam dapat
mengembangkan prasyarat keyakinan diri, tanpa mengalah kepada Barat secara
membabi buta atau menafikannya, maka tugas utama mereka yang paling mendasaar
adalah mengembangkan suatu metodologi yang tepat dan logis (sound) untuk
mempelajari Al-Qur’an guna mendapatkan petunjuk bagi masaa depanya.
Fazlur Rahman mencoba mendialogkan
antara sesuatu yang lama dengan baru. Neomodernisme yang coba dikembangkan
Fazlur Rahman pada hakikatnya bertujuan untuk menjembatani elemen penting,
yaitu tradisi dan modernisasi yang selama ini dipertentangkan oleh cendikiawan
muslim. Sesuai apa yang telah dijelaskan tentang neomodernisme adalah mencoba
menjembatani tradisi dan modernisasi, tradisi dan modernisasi seakan tidak
pernah menjumpai titik temu. Karenanya, hal yang paling urgen dalam kaidah
neomodernisme yaitu menghindarkan pembuangan warisan budaya lamadan
menghiasinya dengan pola pembaharuan.
Rancang bangun pendidikan
tradisional mempunyai harapan besar akan pelestarian budaya lama, karena
warisan masa lalu sangatlah berarti bagi pengembangan di masa yang mendatang.
Penddikan tradisional mencoba untuk mengarahkan pada garis transfer
knowledge artinya, sebuah proses pendidikan yang difokuskan pada bentuk
pemberdayaan sistemik dan belum memberikan keleluasaan pada peserta didik.
Segala hal yang menyangkut kebijakan masih menjadi otoritas lambaga dan masih
berpegang teguh pada buku pegangan yang dibuat oleh lembaga. Sehingga rangkaian
pendidikan tradisional ini tidak akan mampu mendorong siswa untuk aktif.
Rasionalitas yang semula dianggap universal juga dibatalkan. Setelah
modernisme, lahir juga dua aliran yang mempunyai tanggapan berbeda yaitu pasca
modernisme skeptis dan pasca modernisme altermatif. Dan ini menjadi perdebatan
para ahli pada waktu itu terutama pada feel negatif dan ancamannya. Dari
situlah kemudian muncul istilah neo-modernisme yang mempunyai subtansi
pencerahan “dunia pendidikan” dengan penyesuaian mas yang sedang berkembang.
Metode suatu gerakan ganda Fazlur Rahman dapat diterapkan untuk memberi
alternatif solusi atas problem-problem umat, termasuk problem pendidikan.
Penerapan metode ini pada problem pendidikan telah dicontohkan oleh Rahman
untuk kasus pendidikan di Pakistan melalui empat langkah sebagai berikut.
Langkah pertama adalah identifikasi terhadap pendidikan umat Islam ketika itu.
Langkah kedua adalah menemukan problem pendidikan di Pakistan. Langkah ketiga
adalah mencari rujukan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Identifikasi terhadap
pendidikan umat Islam di Pakistan yang dilakukan Fazlur Rahman, waktu itu telah
ditemukan suatu problem utama, yaitu probem ideologis.
Pendidikan bagi Fazlur
Rahman adalah pokok utama yang harus dikedepankan dalam semua bentuk
pembaharuaan Islam. Model pendidikan ini cukup mampu menjembatani
ketertinggalan dinamika pemikiran Islam atau Klaim kemandulan budaya piker
masyarakat muslim.
Pendekatan yang
ditawarkan Fazlur Rahman untuk berinteraksi dengan Islam yang menyejarah itu
adalah analisis historis. Melalui pendekatan historisis ini pula, sains-sains
Islam sebagai aspek historis harus dilestarikan. Sebab, menurut Fazlur Rahman,
Islam historis telah memberikan kontinuitas kepada dimensi intelektual dan
spritual masyarakat. Melalui aspek historis, kajian yang menyeluruh dan
sistematis terhadap perkembangan disiplin-disiplin Islam harus dilakukan.
Kajian tersebut dibarengi dengan rekonstruksi yang juga bersifat komprehensif
meliputi disiplin-disiplin keislaman yang ada. Sebab, suatu bentuk pengembangan
pemikiran Islam yang tidak berakar dalam khazanah pemikiran Islam klasik atau
lepas dari kemampuan menelusuri kesinambungannya dengan masa lalu adalah tidak
otentik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar