MAKALAH TAFSIR TARBAWI 1
SUBYEK PENDIDIKAN
Oleh :
Fina Lutfia 123111073
Nur Suci
Fitriyani 123111124
Nurul Hidayah 123111126
Pembimbing :
Dr. Musthofa Rahman,MAg.
A.
Ayat dan Terjemahannya
1.
Q.S.
Al-Rahman : 1-4
بِس
1. (tuhan) yang Maha pemurah,
2.
yang telah mengajarkan Al Qur’an.
3.
Dia menciptakan manusia.
4.
mengajarnya pandai berbicara.
2.
Q.S.
An-Nahl : 43-44
!$tBur$uZù=yör&ÆÏBy7Î=ö6s%wÎ)Zw%y`ÍûÓÇrqRöNÍkös9Î)4(#þqè=t«ó¡sù@÷dr&Ìø.Ïe%!$#bÎ)óOçGYä.wtbqçHs>÷ès?ÇÍÌÈÏM»uZÉit7ø9$$Î/Ìç/9$#ur3!$uZø9tRr&ury7øs9Î)tò2Ïe%!$#tûÎiüt7çFÏ9Ĩ$¨Z=Ï9$tBtAÌhçRöNÍkös9Î)öNßg¯=yès9urcrã©3xÿtGtÇÍÍÈ
43.dan Kami tidak mengutus sebelum kamu,
kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
44.keterangan-keterangan
(mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka memikirkan.
3.
Q.S.
Al-Najm :5-6
¼çmuH©>tãßÏx©3uqà)ø9$#ÇÎÈrè;o§ÏB3uqtGó$$sùÇÏÈ
5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril)
yang sangat kuat.
6.
yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa
yang asli.
4.
Q.S.
Al-Kahfi : 66
tA$s%¼çms94ÓyqãBö@ydy7ãèÎ7¨?r&#n?tãbr&Ç`yJÏk=yèè?$£JÏB|MôJÏk=ãã#Yô©âÇÏÏÈ
66. Musa berkata kepada Khidhr:
"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar
di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
B.
Penjelasan Isi Tafsir Ayat
1.
Q.S.
Ar-Rahman : 1-4
Tafsir ayat 1-2
Ayat pertama dalam surat ini diawali
dengan kata Ar-rahman yang mempunyai arti kasih sayang dan dilanjutkan
dengan ayat kedua yang menjelaskan tentang Al-Qur’an yang merupakan
seagung-agungnya wahyu yang turun pada Nabi Muhammad. Dalam ayat ini dimaksudkan
bahwa Allah mengajarkan Al-Qur’an pada Nabi Muhammad, karena dengan mengikuti
arahan dan petunjukknya manusia akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.
Ayat ini juga mengandung bantahan terhadap orang musrik yang menuduh bahwa
Rosul mempelajari Al-Qur’an ini dari manusia.
Tafsir ayat 3-4
Allah telah menciptakan umat manusia
dan mengajarinya mengungkapkan apa yang terlintas dalam hatin dan terbetik
dalam sanubarinya. Sekiranya tidak demikian, Maka Nabi Muhammad saw, takkan
dapat mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya.
Seperti yang kita ketahui manusia
adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan
sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang digunakan untuk saling memahamkan
sesamanya. Bahasa Ini adalah
nikmat ruhani terbesar yang tak bisa ditandingi dengan nikmat lainnya dalam
kehidupan ini. Oleh karena itu Allah SWT. Mendahulukan penyebutannya atas
nikmat-nikmat lain. Pertama-tama, Allah menyebutkan hal yang harus dipelajari
yaitu Al-Qur’an, yang dengan itulah diperoleh kebahagiaan. Selanjutnya
menyebutkan tentang belajar, dilanjutkan dengan menyebutkan cara belajar,
seterusnya barulah menyebutkan benda-benda langit yang dimanfaatkan oleh
manusia dalam penghidupan mereka.[1]
2.
Q.S.
An-Nahl : 43-44
Allah
menyatakan bahwa dia tidak mengutus seorang Rosul sebelumu kepada umat-umat
untuk mengajak mereka agar mentauhidkan aku dan melaksanakan
perintah-perintahku, kecualimereka itu adalah laki-laki dari Bani Adam yang
kami wahyukankepada mereka,bukan para malaikat.
Dalam
ayat ini juga. Allah SWT meminta
orang-orang musyrik agar bertanya kepada orang-orang ahli kitab apakah didalam
kitab mereka terdapat keterangan bahwa Allah pernah mengutus malaikat kepada
mereka. Kalau memang disebutkan dalam
kitab mereka bahwa Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah,
mereka boleh mengingkari kerosulan Muhammad. Tetapi, apabila disebutkan dalam
kitab mereka bahwa Allah hanya mengirim utusan seorang manusia yang sejenis
dengan mereka, maka sikap mereka mengingkari kerosulan Muhammad SAW itu tidak
benar.
Rosul
diutus dengan membawa bukti-bukti tentang kebenaran, yaitu berupa mukjizat.
Allah juga menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad supaya beliau menjelaskan
kepada manusia mengenai ajaran, perintah, larangan, dan aturan hidup yang harus
mereka perhatikan dan amalkan. Al-Qur’an juga mengandung kisah-kisah umat
terdahulu agar dijadikan suri tauladan dalam menempuh hidup di dunia.[2]
3.
Q.S.
An-Najm
Tafsir
ayat 5-6
Kata
(علّمه) ‘allamahu/ diajarkan kepadanya bukan berarti
bahwa wahyu tersebut bersumber dari malaikat jibril. Seorang yang mengajar
tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber dari sang pengajar. Bukankah
kita mengajar anak kita membaca, padahal sering kali bacaan yang diajarkan itu
bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan sesuatu secara baik dan benar
adalah salah satu bentuk pengajaran. Malaikat menerima wahyu dari Allah dengan
tugas menyampaikannya secara baik dan benar kepada Nabi saw., dan itulah yang
dimaksud dengan pengajaran disini.
Kata
(مرّة) mirrah terambil dari kalimat (أمرت
الحبل)
amrartu al-habla yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو
مرّة)
dzu mirrah digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan
seseorang. Al-Baqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar
biasa untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikit pun
mengarah kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang
memahaminya dengan kekuatan fisik, akal, nalar.[3]
4.
Q.S.
Al-Kahfi : 66
Dalam ayat ini, Allah menyatakan maksud Nabi Musa a.s datang
menemui khidir, yaitu untuk berguru kepadanya. Nabi Musa memberi salam kepada
khidir da berkata kepadanya, “saya adalah Musa.” Khidir bertanya, “Musa dari
Bani Israil?” Musa menjawab, “Ya, benar!” maka Khidir memberi hormat kepadanya
seraya berkata, “apa keperluanmu datang kemari?” Nabi Musa menjawab bahwa
beliau datang kepadanya supaya diperkenankan mengikutinya dengan maksud agar
Khidir mau mengajarkan kepadanya sebagian ilmu yang telah diajarkan Allah
kepadanya, yaitu ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh.
Dalam ayat ini, Allah menggambarkan secara jelas sikap Nabi Musa
sebagai calon murid kepada calon gurunya dengan mengajukan permintaan berupa
bentuk pertanyaan. Itu berarti bahwa Nabi Musa sangat menjaga kesopanan dan
merendahkan hati. Beliau menempatkan dirinya sebagai orang yang bodoh dan mohon
diperkenankan mengikutinya, supaya khidir sudi mengajarkan sebagian ilmu yang
telah diberikan kepadanya. Menurut Al-Qadi, bersikap demikian memang seharusnya
dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada gurunya.[4]
C.
Pembahasan
Ayat-Ayat tentang subjek Pendidikan
Dari
penjelasanayat-ayat diatas yang dimulai dari surat Ar-Rahmandapat
diambil beberapa nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya yaitu dikatakan
bahwaAllah telah mengajarkan Al-Qur’an kepada manusia, sehingga manusia menjadi
pandai dalam berbicara. Maksudnya ayat-ayat yang Allah turunkan kepada manusia
bertujuan untuk dapat memahami isi dan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an
sehingga manusia dapat bertingkah laku seperti apa-apa yang tercantum dalam
Al-Qur’an.
Dalam kegiatan pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran kita dapat mengartikan
seorang guru yang mengajarkan suatu ilmu kepada muridnya agar dapat dipahami
apa yang diberikan oleh gurunya tersebut. Sehingga ketika seorang guru
memberikan evaluasi kepada muridnya tentang pelajaran yang telah diberikan
tersebut, maka muridnya akan dapat menjawab dan mengerjakannya dengan baik dan
benar. Sehingga murid tersebut menjadi pandai dengan ilmu yang telah diberikan
oleh gurunya. Sedangkan dari surat An-Najm
ayat 5-6 dapat diambil nilai pendidikan bahwa sebagai subjek
pendidikan kita harus dapat menjadi model dan teladan bagi murid-murid kelak, menguasai
materi yang akan diajarkan dan bersikap sewajarnya seorang guru tanpa ada
sesuatu yang menyimpang. Dari surat An-Nahl ayat 41-43 ada beberapa nilai
pendidikan yang terkandung didalamnya adalah :
1.
Dalam dunia pendidikan
kita dituntut untuk berusaha mencari tahu apa yang kita pelajari, sehingga kita
dapat memahami hal tersebut. Dalam surah ini menjelaskan bahwa kita
diperintahkan untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu atau lebih pintar
dari diri kita, dengan demikian kita akan dapat memahami sebuah ilmu tidak
hanya dengan pemahaman sepihak dari diri kira sendiri, melainkan penjelasan
atau pemaparan yang kita dapatkan dari orang lain. Orang lain tersebut bisa
kita jadikan sebagai guru, dan guru itulah yang berperan sebagai subjek
pendidikan, karena gurulah yang akan memberi pemahaman kepada kita tentang
suatu hal yang tidak kita ketahui.
2.
Dalam surah ini juga
mengajarkan kita untuk bersabar, termasuk dalam hal pendidikan yaitu kita
bersabar dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu itu tidak membutuhkan waktu yang
sebentar, melainkan dalam waktu yang lama karena semua itu ada prosesnya. Oleh
karena itu, kita diajarkan untuk bersabar dalam menuntut ilmu.
Nilai pendidikan yang terakhir dalam
surat Al-Kahfi ayat 66 adalah:
1.
Pendidikan bukan hanya
dari orang tua kita, tetapi juga orang lain, seperti guru, dosen, pelatih,
teman dan masyarakat. Seperti dalam surat diatas yang mencontohkan bagaimana
Nabi Musa belajar kepada Khaidir.
2.
Saat berbicara atau
berlaku terhadap seorang pendidik haruslah menghormati dan bersikap sopan
kepadanya.
3.
Menganggap bahwa
pendidik lebih tahu dari pada diri kita.
4.
Belajarlah dengan
sungguh-sungguh, maka kita akan berhasil.
D.
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa
di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengandung makna pendidikan,
terutama subjek pendidikan. Beberapa simpulan yang dapat kita ambil, yaitu:
1.
QS. Ar- Rahman : 1-4
menjelaskan bahwa Allah adalah subjek pendidikan yang mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada umat manusia. Ayat ini mengajarkan kita untuk menjadi
seorang pendidik yang profesional, yaitu menstranfer semua ilmu yang ada hingga
objek pendidikan paham dan pandai.
2.
QS. An- Najm : 5-6
menjelaskan bahwa malaikat Jibril adalah subjek pendidikan. Ayat tersebut
menjelaskan ciri-ciri seorang pendidik yang berkompeten, tidak hanya baik dalam
hal penguasaan materi tapi juga sikap dan penampilan.
3.
QS. An- Nahl : 41-43
memerintah kita untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu. Kita juga
diajarkan untuk bersabar dalam pendidikan, baik dalam proses menuntut ilmu
maupun mengajarkan ilmu kita.
4.
QS. Al- Kahfi : 66
menjelaskan kepada kita bahwa Nabi Khidir adalah subjek pendidikan. Kita
dianjurkan untuk berlaku sopan kepada guru. Kita juga diperintahkan untuk
mencari ilmu tidak hanya di sekolah, tapi
dimanapun.
E.
Penutup
Demikianlah
makalah yangdapat kami presentasikan, apa bila ada kesalahan penulis mohon
maaf. Kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk pembangun penulis
menjadikan lebih baik. Sifat sempurna hanyalah milik Allah. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat baki kita semua. Amin.
Daftar Pustaka
Kementrian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid
V. Jakarta: Lentera Abadi.
Kementrian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid
IX. Jakarta: Lentera Abadi.
Shihab, M. Quraish. 2007. Tafsir Al-Mishbah volume 13.
Jakarta: Lentera Hati.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa 1989.Tafsir Al-Maraghi27.
Semarang: Toha Putra.
http://miyu-chocolatestar.blogspot.com/2013/09/tafsir-tarbawi-subjek-pendidikan_27.html
[1]Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir
Al-Maraghi 27, (Semarang: Toha Putra, 1989)hlm 187-188
[2]Ahmad
Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi,(Semarang:
PT.Karya Toha Putra,1987),hal 160-162
[3]M.Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah volume 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2007) hlm
410-411
[4]Kementrian
Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010) hlm 640
Tidak ada komentar:
Posting Komentar